5. Perubahan Sosial Budaya
Menurut Koentjaraningrat, bahwa perubahan
budaya yg tjd di masy dpt dibedakan kedalam beberapa bentuk :
a. Perubahan yg tjd secara lambat dan cepat
b. Perubahan yang pengaruhnya kecil dan besar
c. Perubahan yang direncanakan dan yg tdk
direncanakan
6. Makanan Dan Budaya
a. Definisi Makanan
Makanan adalah bahan
selain obat yang mengandung zat-zat gizi dan atau unsurunsur/ikatan kimia yang
dapat diubah menjadi zat gizi oleh tubuh, yang berguna bila dimasukkan dalam
tubuh.
b. Kebudayaan Menentukan Makanan
Sebagai suatu konsep
budaya, makanan (food) bukanlah semata-mata suatu produk organik dengan
kualitas-kualitas biokimia yang dapat dipakai oleh organisma termasuk manusia
untuk mempertahankan hidupnya. Akan tetapi makanan sebagai
sesuatu yang akan
dimakan, diperlukan pengesahan budaya. Lewat konsep-konsep budaya
itulahsejumlah makanan yang menurut ilmu gizi sangat bermanfaat untuk
dikonsumsi, tetapi dalam prakteknya bisa jadi justru dihindari.
Contoh :
Ø Adanya pantangan bayi dan anak tidak diberikan
daging, ikan, telur, dan makanan yang dimasak dengan santan dan kelapa parut
sebab dipercaya akan menyebabkan cacingan, sakit perut, dan sakit mata .
Ø Bagi gadis dilarang makan buah: pepaya, nanas
dan jenis pisang tertentu (yang dianggap tabu) karena ada hubungan yang erat
dengan siklus masa haid, hubungan kelamin dan reproduksi .
Jadi, dapat kita pahami bahwa adanya masalah
gizi di Indonnesia bukan hanya karena masalah sosek, tapi juga karena
alasan-alasan budaya, di mana ada ketersediaan makanan tetapi terpaksa tidak
dikonsumsi karena kepercayaan atau ketidaklaziman atau karena larangan agama
c. Istilan Makanan “Food Versus Nutrimen”
Masalah aktivitas
makan tidak semata-mata sebagai aktivitas fisik manusia untuk pemenuhan
naluriahnya seperti lapar, tetapi juga di dalamnya dilekati oleh
pengetahuan budaya. Lewat pengetahuan budaya itu, masyarakat manusia
mengkategorikan makanan ke dalam dua istilah yaitu nutrimen (nutriment) dan
makanan (food).
- Nutriment adalah suatu konsep biokimia, suatu zat yang mampu untuk memelihara dan menjaga kesehatan organisme yang menelannya, terlepas dari apakah makanan itu diperbolehkan atau dilarang dalam kaitannya dengan budaya.
- Food adalah suatu konsep budaya. Sebagai konsep budaya, maka di dalamnya terdapat penjelasan budaya mengenai kategori (bahan) makanan anjuran lawan makanan tabu (larangan); makanan prestise lawan makanan rendah; makanan dingin lawan makanan panas, dan sebagainya. Sebagai suatu konsep budaya, makanan (food) bukanlah semata-mata suatu produk organik dengan kualitas-kualitas biokimia yang dapat dipakai oleh organisma termasuk manusia untuk mempertahankan hidupnya. Akan tetapi makanan sebagai sesuatu yang akan dimakan, diperlukan pengesahan budaya.
- Jellife & Bennet 1962 menyatakan : “Manusia dimana saja, bahkan dalam keadaan sukar sekalipun, hanya makan sebagian dari bahan-bahan yang sebenarnya dapat dimakan tersedia”.
d. Klasifikasi Makanan
Variasi klasifikasi makanan antara lain :
- Menurut prestise – status
- Pertemuan sosial
- Usia
- Keadaan sehat – sakit
- Nilai simbolik – ritual
e. Peranan Simbolik Makanan
Sebagai ungkapan ikatan sosial
Misal :
- Menawarkan makanan sebagai simbolis ungkapan persahabatan, perhatian, kasih sayang
- Tidak memberi makanan sebagai ungkapan simbolis permusuhan, kemarahan
- Sebagai ungkapan kesetiakawanan kelompok
Misal : makan bersama, berkumpul dimeja besar
melambangkan keakraban keluarga
Makanan dan stress
Misal : terpenuhinya makanan kesukaan –
kebiasaan membuat dirinya tenang.
Simbolisme makanan dalam bahasa
Kualitas makanan digunakan untuk menggambarkan
kualitas manusia. Misal : wajah susu madu diartikan sebagai seseorang
dengan wajah kuning langsat .
f. Pembatasan Budaya Terhadap Kecukupan Gizi
a. Kegagalan melihat hubungan antara makanan dan
kesehatan
Adalah kesenjangan yang besar dalam pemahaman
tentang bagaimana makanan itu dapat digunakan sebaik-baiknya untuk kesehatan,
misal :
- Susunan hidangan yang cenderung ditafsirkan berdasar kuantitasnya tanpa memperhatikan kualitas.
- Kepercayaan / tabu terhadap makanan yang tidak menguntungkan kesehatan bila tabu tersebut diterapkan.
b. Kegagalan untuk mengenali kebutuhan gizi pada
anak-anak.
- Kegagalan budaya masyarakat memahami bahwa anak-anak memerlukan makanan khusus.
- Kepercayaan/tabu terhadap makanan yang merugikan anak-anak.
- Ketidaktahuan gizi / kecukupan gizi anak.
7. Manfaat Bagi Petugas Kesehatan Mempelajari
Kebudayaan
1. Di dalam semua religi atau agama, ada
kepercayaan tertentu yang berkaitan dengan kesehatan, gizi, dll. Misal :
orang yang beragama Islam : tidak makan babi, sehingga dalam 2 rangka
memperbaiki status gizi, seorang petugas kesehatan dapat menganjurkan makanan
lain yang bergizi yang tidak bertentangan dengan agamanya.
2. Dengan mempelajari organisasi masyarakat, maka
petugas kesehatan akan mengetahui organisasi apa saja yang ada di
masyarakat, kelompok mana yang berkuasa, kelompok mana yang menjadi
panutan, dan tokoh mana yang disegani. Sehingga dapat dijadikan strategi
pendekatan yang lebih tepat dalam upaya mengubah perilaku kesehatan masyarakat.
3. Petugas kesehatan juga perlu mengetahui
pengetahuan masyarakat tentang kesehatan. Dengan mengetahui
pengetahuan masyarakat maka petugas kesehatan akan mengetahui mana yang perlu
ditingkatkan, diubah dan pengetahuan mana yang perlu dilestarikan dalam
memperbaiki status kesehatan.
4. Petugas kesehatan juga perlu mempelajari
bahasa lokal agar lebih mudah berkomunikasi,menambah rasa kedekatan, rasa
kepemilikan bersama dan rasa persaudaraan.
5. Selain itu perlu juga mempelajari tentang
kesenian dimasyarakat setempat. Karena petugas kesehatan dapat memanfaatkan
kesenian yang ada dimasyarakat untuk menyampaikan pesan kesehatan.
6. Sistem mata pencaharian juga perlu dipelajari
karena sistem mata pencaharian ada kaitannya dengan pola penyakit
yang diderita oleh masyarakat tersebut.
7. Teknologi dan peralatan masyarakat
setempat . Masyarakat akan lebih mudah menerima pesan yang disampaikan
petugas jika petugas menggunakan teknologi dan peralatan yang dikenal
masyarakat.
B. KESEHATAN
1. Pengertian Kesehatan
Kesehatan adalah
keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang
hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pemeliharaan kesehatan adalah upaya
penaggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan
dan/atau perawatan termasuk kehamilan dan persalinan. Pendidikan kesehatan
adalah proses membantu sesorang, dengan bertindak secara sendiri-sendiri
ataupun secara kolektif, untuk membuat keputusan berdasarkan pengetahuan
mengenai hal-hal yang mempengaruhi kesehatan pribadinya dan orang lain.
Definisi yang bahkan
lebih sederhana diajukan oleh Larry Green dan para koleganya yang menulis bahwa
pendidikan kesehatan adalah kombinasi pengalaman belajar yang dirancang untuk
mempermudah adaptasi sukarela terhadap perilaku yang kondusif bagi kesehatan.
Data terakhir menunjukkan bahwa saat ini lebih dari 80 persen rakyat Indonesia
tidak mampu mendapat jaminan kesehatan dari lembaga atau perusahaan di bidang
pemeliharaan kesehatan, seperti Akses, Taspen, dan Jamsostek. Golongan
masyarakat yang dianggap 'teranaktirikan' dalam hal jaminan kesehatan adalah
mereka dari golongan masyarakat kecil dan pedagang. Dalam pelayanan kesehatan,
masalah ini menjadi lebih pelik, berhubung dalam manajemen pelayanan kesehatan
tidak saja terkait beberapa kelompok manusia, tetapi juga sifat yang khusus
dari pelayanan kesehatan itu sendiri.
UU No.23,1992 tentang
Kesehatan menyatakan bahwa: Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa
dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Dalam
pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh
terdiri dari unsur-unsur fisik, mental dan sosial dan di dalamnya kesehatan
jiwa merupakanbagian integral kesehatan.
2. Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan
Kesehatan dipengaruhi
oleh lingkungan, perilaku, petugas kesehatan, keturunan. Blum (1974).
Green (1980),
kesehatan diperngaruhi oleh faktor perilaku dan non perilaku .
Perilaku dipengaruhi
oleh faktor:
v Predisposisi (predispocing factor) yang
terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai-nilai, dan sebagainya
v Pendukung (enabling factor) yang terwujud dari
lingkungan fisik seperti tersedia atau tidaknya fasilitas kesehatan
v Pendorong (reinforcing factor) yang terwujud
dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan
3. Prinsip Pendidikan Kesehatan
Ø Berfokus pada klien
Pendidikan kesehatan
adalah hubungan terapeutik yg berfokus pada kebutuhan klien yang spesifik.
Klien dgn isu kesehatan apapun membutuhkan atau dilibatkan dlm pemberian
pelayanan kesehatan. Klien dianjurkan utk meng-ekspresikan perasaan dan
pengalamannya kepada petugas kesehatan
Ø Bersifat holistik
Dalam memberikan
pend.kes harus dipertimbangkan klien scr keseluruhan, tdk hanya berfokus pada
spesifik saja. Petugas kesehatan dan klien saling berbagi pengalaman, perasaan,
keyakinan dan filosofi personal
Ø Negosiasi
Petugas kesehatan dan
klien bersama - sama menentukan apa yang telah diketahui dan apa yang penting
utk diketahui. Jika sudah ditentukan kemudian dibuat perencanaan yg
dikembangkan berdasarkan masukan dari klien dan petugas kesehatan
Ø Interaktif
Pendidikan kesehatan
adalah suatu proses yg dinamis dan interaktif yg melibatkan partisipasi dari
petugas kesehatan dan klien
Penkes dapat dilakukan dimana saja sepanjang dapat mempengaruhi pengetahuan,
sikap, perilaku kesehatan, pendidikan kesehatan tidak dapat dipaksakan oleh
karena pendidik hanya berperan menciptakan suasana. Pendidikan kesehatan
berhasil bila sikap dan perilaku masyarakat berubah sesuai dengan tujuan yang
ditetapkan
4. Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan
Ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat
dilihat dari berbagai dimensi, antara lain :
Ø Dimensi sasaran pendidikan kesehatan, antara
blain :
a. Pendidikan kesehatan individual
b. Pendidikan kesehatan kelompok
c. Pendidikan kesehatan masyarakat
Ø Tempat pelaksanaan
a. Pendidikan kesehatan di sekolah
b. Pendidikan kesehatan di pelayanan kesehatan
c. Pendidikan kesehatan di tempat - tempat kerja
d. Pendidikan kesehatan di rumah tngga/ tempat
tinggal
e. Pendidikan kesehatan di tempat-tempat umum
Ø Tingkat pelayanan kesehatan.
Berdasarkan five levels of prevention (leavel
& clark), yaitu :
a. Promosi kesehatan (health promotion),
misal: peningkatan gizi
b. Perlindungan khusus (specific
protection), misal : immunisasi, perlindungan kecelakaan tempat kerja.
c. Diagnosa dini dan pengobatan segera (early
diagnosis and prompt treatment), misal : pencarian kasus, surveillance,
pencegahan penyebaran penyakit menular
d. Pembatasan kecacatan (disability
limitation) misal : perawatan utk menghentikan penyakit, pencegahan
komplikasi lbh lanjut
e. Pemulihan (rehabilitation), misal
: latihan penderita patah tulang, pendidikan masyarakat utk menggunakan tenaga
cacat
C. PRANATA SOSIAL
1. Pengertian Pranata Sosial
Pranata sosial adalah
suatu sistem norma untuk mencapai suatu tujuan atau kegiatan yang oleh
masyarakat dipandang penting, untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar
masyarakat. ( Pranata sosial lebih merupakan suatu system norma yang mendasari
tindakan orang untuk mencapai tujuan yang oleh masyarakat dianggap penting atau
sistem norma yang mendasari tindakan orang untuk memenuhi
kebutuhankebutuhannya.)
Tujuan utama
diciptakan pranata sosial adalah agar kebutuhan hidup manusia dapat terpenuhi
secara memadai, juga sekaligus untuk mengatur agar kehidupan sosial warga
masyarakat bisa berjalan dengan tertib dan lancar sesuai dengan norma-norma
sosial. Secara umum, pranata sosial mempunyai beberapa fungsi.
2. Fungsi-fungsi pranata sosial.
Ø Memberikan pedoman kepada anggota masyarakat
dalam hal bertingkah laku dan bersikap dalam menghadapi masalah kemasyarakatan.
Ø Menjaga keutuhan dan integrasi masyarakat.
Ø Memberikan pegangan kepada masyarakat untuk
mengadakan sistem pengendalian sosial, artinya sistem pengawasan masyarakat
terhadap tingkah laku anggota-anggotanya.
3. Ciri-Ciri Pranata Sosial :
Ø Memiliki Lambang-Lambang/Simbol
Ø Memiliki Tata Tertib dan Tradisi
Ø Memiliki Satu atau Beberapa Tujuan
Ø Memiliki Nilai
Ø Memiliki Usia Lebih Lama (Tingkat Kekekalan
Tertentu)
Ø Memiliki Alat Kelengkapan
4. Jenis-jenis Pranata Sosial
a. Pranata Keluarga
Adalah bagian dari
pranata sosial yang meliputi lingkungan keluarga dan kerabat. Keluarga adalah
satuan kekerabatan yang sangat mendasar di masyarakat. Satuan kekerabatan dapat
disebut keluarga disebabkan adanya perkawinan atau keturunan. Berdasarkan
jumlah anggotanya, keluarga dapat dibedakan menjadi keluarga inti dan keluarga
luas.
• Keluarga inti atau batih (nuclear family)
adalah satuan kekerabatan yang terdiri atas ayah dan ibu (orang tua) beserta
anak-anaknya dalam satu rumah. Ada juga keluarga inti yang belum atau tidak
mempunyai anak.
• Keluarga luas (extended family) adalah satuan
kekerabatan yang terdiri atas lebih dari satu generasi atau lebih dari satu
keluarga inti dalam satu rumah. Misalnya, keluarga yang memiliki kakek atau
nenek, paman atau bibi, keponakan, dan lain-lain yang tinggal serumah.
Ø Fungsi Pranata Keluarga
• Fungsi reproduksi; keluarga merupakan sarana
untuk memperoleh keturunan secara sehat, terencana, terhormat, sesuai dengan
ajaran agama, dan sah di mata hukum.
• Fungsi keagamaan; pada umumnya suatu keluarga
penganut agama tertentu akan menurunkan agama atau kepercayaannya kepada
anak-anaknya. Anak-anak akan diajari cara berdoa atau beribadah sesuai dengan
keyakinan orang tuanya sejak dini.
• Fungsi ekonomi; keluarga merupakan suatu wadah
dalam usaha mengembangkan serta mengatur potensi dan kemampuan ekonomi.
• Fungsi afeksi; norma afeksi ada dan diadakan
oleh para orang tua untuk mewujudkan rasa kasih sayang dan rasa cinta, sehingga
dapat menjaga perasaan masing-masing anggota keluarga agar tercipta kerukunan
dan keharmonisan hubungan di dalam keluarga.
• Fungsi pendidikan; keluarga merupakan satuan
kekerabatan yang pertama kali dikenal oleh anak, sehingga di keluargalah anak
memperoleh pendidikan pertamanya dari orang tua atau kerabat lainnya.
• Fungsi sosialisasi; memberikan pemahaman
tentang bagaimana seorang anggota keluarga bergaul dan berkomunikasi dengan
orang lain dalam keluarga.
b. Pranata Agama
Adalah seperangkat
aturan dan peraturan yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, mengatur
hubungan antara manusia dengan manusia lainnya, dan mengatur hubungan antara
manusia dengan lingkungannya. Pranata agama memiliki fungsi pokok untuk
memberikan pedoman bagi manusia untuk berhubungan dengan Tuhannya dan
memberikan dasar perilaku yang berpola dalam masyarakat. Fungsi pokok tersebut
jika dijabarkan menjadi:
• Membantu mencari identitas moral.
• Menjelaskan arah dan tujuan hidup manusia.
• Meningkatkan kualitas kehidupan sosial.
• Mengatur hubungan manusia dengan lingkungan
alam.
5. Pranata politik
Adalah seperangkat
norma dan status yang mengkhususkan diri pada pelaksanaan kekuasaan dan
wewenang. Secara rinci fungsi pranata politik diuraikan sebagai berikut:
• Melembagakan norma melalui undang-undang.
• Menyelenggarakan pelayanan umum.
• Melindungi warga negara.
6. Pranata ekonomi
Adalah sistem norma
atau kaidah yang mengatur tingkah laku individu dalam masyarakat guna memenuhi
kebutuhan barang dan jasa. Secara umum dapat dikatakan bahwa fungsi pranata
ekonomi adalah mengatur hubungan antarpelaku ekonomi dan meningkatkan produktifitas
ekonomi semaksimum mungkin. Selain itu, pranata ekonomi berfungsi untuk
mengatur distribusi dan pemakaian barang dan jasa yang diperlukan bagi
kelangsungan hidup manusia.
7. Pranata pendidikan
Adalah seperangkat
peraturan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya. Adapun yang menjadi fungsi dari
pranata pendidikan yaitu:
• bertindak sebagai perantara pemindahan warisan
budaya
• mempersiapkan pengetahuan dan keterampilan
untuk bekerja
• mempersiapkan peranan sosial yang dikehandaki
• memperkuat penyesuaian diri dan mengembangkan
hubungan sosial
• meningkatkan kemajuan melalui keikutsertaan
dalam riset ilmiah.
Terimakasih Telah Mengunjungi Blog ini.
Wassalam Revlie Marto
No comments:
Post a Comment