Ide mengenai administrasi bukanlah hal yang baru, ide
semacam ini pernah muncul dalam ajaran Confisius dalam pidatonya pada saat
pemakaman Pericles. Selain itu, hal yang berkenaan dengan administrasi juga muncul
dalam kehidupan bangsa Mesir kuno. Berbagai bukti sejarah juga menunjukkan
bahwa ada upaya-upaya secara sistematis yang dikobarkan oleh berbagai tokoh
seperti Cicero dan Casiodorus. Hasil dari perjuangan Cicero dapat ditemukan
dalam kode etik publik dari kerajaan- kerajaan lama. Di Jerman dan Austria,
sejak abad ke-16 – 18, tonggak administrasi telah berdiri kokoh ditangan kaum
Kameralis yang memandang administrasi sebagai suatu teknologi. Di Amerika,
sejak peristiwa kemerdekaan, administrasi juga mendapat perhatian yang cukup
penting. Secara umum, administrasi yang ada diharapkan dapat memberikan
pelayanan terhadap kepentingan umum dan kesejahteraan rakyat, bukan sebaliknya,
yaitu untuk mengeruk keuntungan demi kepentingan pribadi.
Di Indonesia sendiri, tegak dan berdirinya administrasi negara dimulai sejak
tahun 1957 yang diprakarsai dengan berdirinya Lembaga Administrasi Negara ( LAN
). Hingga kini LAN tetap memberikan kontribusinya terhadap birokrasi Indonesia.
Kemudian pada tahun 1962 dibentuklah Panitia Retooling
Aparatur Negara ( PARAN
), menyusul pada tahun 1964 pendirian Komando Tertinggi Retooling Aparatur
Revolusi ( KOTRAR ). Pada dua dasawarsa pertama berdirinya birokrasi Indonesia,
birokrasi tersebut bersifat spoil system. Tahun 1958, berdasarkan politik
negerinya yang berusaha membangun solidaritas regional Asia Tenggara, Indonesia
mengikuti konferesi di Manila dan kemudian membentuk Eastern Regional
Organisation For Public Administration ( EROPA ), Selain itu, Indonesia juga
menjalin hubungan dengan International Institute For Administrative Science (
IIAS ) di Brussel.
No comments:
Post a Comment